Final Sotfskill SIP Class
Judul : Pengaruh Pengenalan Komputer Pada Perkembangan Psikologi Anak
Oleh : Muhammad A.S., Army W., Aulia N
Tahun : 2005
Dengan semakin meningkatnya peran komputer rumah dalam kehidupan anak-anak, dibutuhkan sebuah perhatian khusus bagaimana efek dari ini semua kepada anak-anak. Waktu yang dibutuhkan oleh anak untuk berinteraksi dengan komputer sangat mungkin menggantikan waktu anak-anak yang seharusnya dipergunakan untuk mengembangkan kemampuan dirinya baik dalam aspek kognitif maupun aspek motorik.
Meningkatnya jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak di rumah dan di sekolah dalam berinteraksi dengan komputer menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana teknologi komputer mempengaruhi perkembangan psikologi mereka. Secara umum perkembangan anak yang diperkenalkan dengan teknologi komputer relatif lebih baik aspek-aspek tertentu pada anak-anak daripada anak-anak yang sama sekali belum dikenalkan dengan teknologi komputer.
Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu mulai dari lahir sampai mati
Salah satu prinsip perkembangan adalah perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process). Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yangdipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Prinsip yang lain adalah semua aspek perkembangan saling mempengaruhi, baik aspek fisik, emosi, inteligensi maupun sosial.
Pada usia sekitar 2 atau 3 tahun, anak banyak belajar mengenai berbagai macam koordinasi visiomotorik. Aktivitas-aktivitas senso-motorik telah dapat diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Hal ini penting misalnya pada waktu mencontoh sebuah gambar atau sebuah benda. Apa yang dilihat dengan mata harus dapat dipindahkan dengan motoriknya menjadi sebuah pola tertentu. Sekitar tahun ke-4 semua pola lokomotorik yang biasa sudah dapat dikuasainya.
Pada perkembangannya, seorang anak akan melewati beberapa tugas perkembangan agar perkembangan fisik dan psikologinya berjalan dengan baik. Tugas-tugas prakembang pada fase kanak-kanak diantaranya adalah: mempelajari ketrampilan fisik, membangun sikap sehat untuk mengenal diri sendiri, belajar menyesuaikan diri dengan teman seusia (peer group), menggabungkan peran sosial pria dan wanita dengan tepat, mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung, mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata serta tingkatan nilai, mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembagalembaga, serta mencapai kebebasan pribadi.
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang pengenalan komputer kepada anak yang diberikan kepada orang tua dari anak-anak yang dititipkan di Taman Balita Salman Al Farisi. Dari kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh data bahwa semua anak di Taman Balita Salman Al Farisi telah diperkenalkan komputer oleh orang tuanya, baik berupa permainan computer (computer game), CD interaktif, dan Multimedia. Untuk mendapatkan data mengenai perkembangan anak, data dari kuesioner orang tua dilengkapi dengan tes perkembangan anak. Dengan demikian diharapkan akan dapat diketahui seberapa jauh perkembangan anak dan hubungannya dengan pengenalan komputer.
Alat tes yang dipergunakan untuk menentukan perkembangan anak adalah Kartu Perkembangan Anak (KPA). KPA merupakan wujud deteksi dini (screening) terhadap perkembangan anak
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anak dengan interaksi komputer yang lebih intensif menunjukkan nilai KPA dengan selisih yang cukup tinggi dari nilai standar. Sebagai contoh, subjek Rv dan Ys, dimana keduanya memiliki intensitas frekuensi lebih dari dua jam per
hari ternyata memiliki selisih nilai KPA yang cukup tinggi dari rata-ratanya.
Kesimpulannya, bahwa teknologi khususnya komputer berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak.
Judul : Hubungan Antara Persepsi Terhadap Teknologi Komputer Dan Perilaku Disiplin Dengan Motivasi Belajar Pada Taruna Polisi
Oleh : Henry D.P
Tahun : 2008
Komputer dipergunakan sebagai sarana untuk mencapai sasaran bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah peningkatan kemampuan dengan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai IPTEK dilakukan melalui peningkatan kemampuan. Alih teknologi melalui perubahan dan pembaharuan teknologi didukung oleh pengembangan yang memadai serta peningkatan mutu pendidikan sehingga mampu mendukung upaya penguasaan, pendalaman, dan perluasan industri dalam rangka menunjang proses industrialisasi menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera.
Teknologi komputer dipergunakan sebagai sarana pendidikan dapat menimbulkan persepsi pada diri siswa. Persepsi tersebut dapat bersifat negatif dan positif. Siswa yang memiliki persepsi positif terhadap pendidikan komputer maka siswa tersebut akan termotivasi untuk belajar dengan memanfaatkan computer dengan sebaik-baiknya. Berlainan dengan siswa yang memiliki persepsi negatif, maka siswa tersebut kurang menyukai komputer.
Siswa dalam meningkatkan motivasi belajar perlu persepsi positif terhadap teknologi komputer, kenyataannya banyak siswa yang cenderung tidak menggunakan komputer sebagai sarana untuk belajar karena komputer difungsikan sebagai teknologi yang hanya dikuasai secara kognitif dan psikomotorik, untuk afektif tidak difungsikan.
Peraturan di sekolah dapat dipastikan ada disiplin peraturan, sebab sekolah merupakan lembaga pendidikan. Disiplin peraturan sekolah perlu ditegakkan, karena disiplin tersebut dilakukan demi peningkatan prestasi belajar siswa. Untuk menegakkan kedisiplinan tidak cukup hanya dengan ancaman-ancaman, tetapi perlu imbangan dapat dijadikan sebagai suatu kebiasaan. Kedisiplinan bukan hanya sekedar untuk disiplin saja, melainkan juga harus dapat menunjang tujuan pendidikan. Di sisi lain perilaku disiplin yang dimiliki oleh para siswa menurut hasil beberapa berita di media cetak menyatakan bahwa siswa sekarang ini kurang berdisiplin. Hal ini merupakan permasalahan yang menarik, sebab dari perilaku disiplin akan membiasakan siswa memiliki sikap yang positif dan dapat memotivasi siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang persepsi, pengenalan komputer, perilaku disiplin dan motivasi belajar kepada taruna polisi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan antara persepsi dengan teknologi komputer dan perilaku disiplin dengan motivasi belajar.
Judul : Kajian Terhadap Aspek Psikologis Dalam Lingkungan Audit Sistem Informasi
Oleh : Josua Tarigan
Tahun : 2007
Dalam isu sistem informasi, ada 2 isu resiko yang dapat terjadi, yakni error yang disebabkan oleh ketidaksengajaan oleh user dan yang kedua adalah fraud yang disebabkan karena kejahatan yang dilakukan oleh pihak internal organisasi bisnis. Pemahaman auditor terhadap aspek pskilogis dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi akan membantu Auditor dalam penugasan Audit terutama dalam melakukan analisa terhadap erorr dan fraud yang terjadi dalam sistem informasi organisasi bisnis sehingga sekaligus dapat memberikan rekomendasi yang tepat bagi organisasi, berdasarkan temuan-temuan yang ada dalam penugasan lapangan.
Aspek Psikologis dalam resiko error, terdapat elemen “lack of information”, “too much jargon”, “technophobia” yang seringkali dialami oleh user yang perlu dipahami oleh Auditor, sedangkan dalam resiko fraud terdapat elemen ”incentive/ pressure”, ”oppurtunity” dan ”rationalization” yang cukup signifikan mempengaruhi pola fraud yang terjadi dalam organisasi.
Menurut pakar Psikologi Roger Morrell, orang yang sudah berumur punya tingkat kesulitan lebih tinggi untuk menyeleksi informasi yang masuk, mana yang penting dan mana yang kurang penting, dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda umurnya. Seiring dnegan penambahan umur pada manusia, diikuti dengan penurunan kapasitas ingatan, hal ini menyebabkan, penerimaan informasi yang terlalu banyak akan mempengaruhi kemampuan para lanjut usia memproses informasi yang penting.
Aspek error merupakan isu resiko yang terdapat dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi yang disebabkan oleh ketidaksengajaan. Aspek Fraud yang merupakan isu resiko dalam lingkungan Audit Sistem Informasi. Fraud merupakan aspek yang dilakukan dengan oleh karyawan, dengan tujuan untuk keuntungan diri sendiri yang tentu saja menjadi kerugian bagi organisasi bisnis.
Computer Anxiety dan Karakteristik Tipe Kepribadian Pada Mahasiswa Akutansi
Syaiful Ali & Fadila
2008
Dalam dekade terakhir, sistem informasi berbasis komputer mengalami perubahan yang signifikan hampir di semua bidang. Tingkat pertumbuhan komputer dalam perusahaan pun terus bertambah tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan peran teknologi komputer yang memberikan banyak kemudahan dan keuntungan dalam dunia bisnis. Memiliki keunggulan dalam bidang teknologi khususnya komputer dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan di dunia usaha yang sedemikian ketatnya. Kondisi tersebut secara langsung memberi dampak pada pola kerja sistem informasi akutansi.
Menyadari pentingnya penguasaan teknologi komputer dalam dunia bisnis, para pengajar akutansi menekankan pentingnya penggunaan komputer dan software di sebagian besar mata kuliah akutansi untuk membekali para mahasiswa sehingga dapat meningkatkan nilai jual mereka di masa depan. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan penggunaan komputer ke dalam kurikulum pengajaran akutansi. Keberhasilan program pendidikan akutansi yang telah terintegrasi dengan komputer ini sangat dipengaruhi oleh sikap mahasiswa terhadap komputer.
Dalam menghadapi perkembangan baru teknologi informasi, seseorang dapat menyikapi kehadiran komputer secara berbeda dan tidak jarang disikapi dengan penolakan. Penolakan ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan sederhana tentang komputer atau mungkin juga disebabkan oleh kegelisahan yang mendalam atau ketakutan berlebih terhadap teknologi komputer yang sering disebut dengan “computerphobia”. Adanya perubahan baru terkadang menimbulkan stress. Stress yang timbul dapat berupa anxiety, namun adapula yang menghadapinya sebagai tantangan. Anxiety didefinisikan sebagai perasaan yang kuat berupa ketakutan (fear) dan keprihatinan yang tidak berhubungan dengan situasi khusus yang mengancam.
Penelitian yang berkaitan dengan computerphobia dapat diklasifikasikan sebagai pengujian computer anxiety dan computer attitude. Computer attitude diartikan sebagai reaksi atau penilaian seseorang terhadap komputer berdasarkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap komputer. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menilai computer anxiety adalah Computer Anxiety Rating Scale (CARS) yang dikembangkan oleh Larry D. Rossen dan Michelle Weil.
Penelitian ini menguji beberapa hipotesis. Pertama, menguji hubungan antara tipe kepribadian dan anxiety mahasiswa terhadap penggunaan teknologi komputer. Kedua, menguji hubungan tingkat computer anxiety denga jenis kelamin dan ketiga menguji hubungan tingkat computer anxiety dengan IPK. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada (FEB UGM) dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa akutansi yang masih aktif (bukan alumni) yang berjumlah 125 orang yang terdiri dari 44 pria dan 81 wanita.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Data dikumpulkan dengan cara melakukan penyebaran kuesioner secara langsung ke responden yang menjadi sampel penelitian. Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen, menggunakan pengujian koefisien korelasi Pearson dan Cronbach Alpha. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah independent sample T test, sedangkan untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga adalah chi-square.
Hasil pengujian validitas item-item pertanyaan dalam instrumen CARS dan MBTI menunjukkan nilai korelasi antara skor tiap item dengan skor keseluruhan >0,3 untuk semua itemnya. Karena instrumen memiliki korelasi >0,3 maka dapat dikatakan bahwa semua item valid. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas instrumen menggunakan koefisien Cronbach Alpha dimana dikatakan reliabel jika koefisien >0,6. Pengujian reliabel instrumen CARS menunjukkan koefisien sebesar 0,795 dan pengujian instrumen MBTI menunjukkan koefisien sebesar 0,714 sehingga dapat dikatakan instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang reliabel.
Penelitian ini hanya menguji hubungan tiga variabel denga computer anxiety, dan hanya satu variabel yang memiliki interaksi signifikan dengan computer anxiety, yaitu tipe kepribadian.